Thursday, July 21, 2011

ANTARA ZIONISME DAN YAHUDI

Musim panas tahun 1982 menjadi saksi atas kebiadaban luar biasa yang menyebabkan seluruh dunia berteriak dan mengutuknya dengan keras. Tentara Isrel memasuki wilayah Lebanon dalam suatu serbuan mendadak, dan bergerak maju sambil menghancurkan sasaran apa saja yang nampak di hadapan mereka. Pasukan Israel ini mengepung kamp-kamp pengungsi yang dihuni warga Palestina yang telah melarikan diri akibat pengusiran dan pendudukan oleh Israel beberapa tahun sebelumnya. Selama dua hari, tentara Israel ini mengerahkan milisi Kristen Lebanon untuk membantai penduduk sipil tak berdosa tersebut. Dalam beberapa hari saja, ribuan nyawa tak berdosa telah terbantai.
Terorisme biadab bangsa Israel ini telah membuat marah seluruh masyarakat dunia. Tapi, yang menarik adalah sejumlah kecaman tersebut justru datang dari kalangan Yahudi, bahkan Yahudi Israel sendiri. Profesor Benjamin Cohen dari Tel Aviv University menulis sebuah pernyataan pada tanggal 6 Juni 1982:
Saya menulis kepada anda sambil mendengarkan radio transistor yang baru saja mengumumkan bahwa ‘kita’ sedang dalam proses ‘pencapaian tujuan-tujuan kita’ di Lebanon: yakni untuk menciptakan ‘kedamaian’ bagi penduduk Galilee. Kebohongan ini sungguh membuat saya marah. Sudah jelas bahwa ini adalah peperangan biadab, lebih kejam dari yang pernah ada sebelumnya, tidak ada kaitannya dengan upaya yang sedang dilakukan di London atau keamanan di Galilee…Yahudi, keturunan Ibrahim…. Bangsa Yahudi, mereka sendiri menjadi korban kekejaman, bagaimana mereka dapat menjadi sedemikian kejam pula? … Keberhasilan terbesar bagi Zionisme adalah de-Yahudi-isasi bangsa Yahudi. ("Professor Leibowitz calls Israeli politics in Lebanon Judeo-Nazi" Yediot Aharonoth, 2 Juli 1982)
Benjamin Cohen bukanlah satu-satunya warga Israel yang menentang pendudukan Israel atas Lebanon. Banyak kalangan intelektual Yahudi yang tinggal di Israel yang mengutuk kebiadaban yang dilakukan oleh negeri mereka sendiri.
Pensikapan ini tidak hanya tertuju pada pendudukan Israel atas Lebanon. Kedzaliman Israel atas bangsa Palestina, keteguhan dalam menjalankan kebijakan penjajahan, dan hubungannya dengan lembaga-lembaga semi-fasis di bekas rejim rasis Apartheid di Afrika Selatan telah dikritik oleh banyak tokoh intelektual terkemuka di Israel selama bertahun-tahun. Kritik dari kalangan Yahudi sendiri ini tidak terbatas hanya pada berbagai kebijakan Israel, tetapi juga diarahkan pada Zionisme, ideologi resmi negara Israel.
Ini menyatakan apa yang sesungguhnya terjadi: kebijakan pendudukan Israel atas Palestina dan terorisme negara yang mereka lakukan sejak tahun 1967 hingga sekarang berpangkal dari ideologi Zionisme, dan banyak Yahudi dari seluruh dunia yang menentangnya.
Oleh karena itu, bagi umat Islam, yang hendaknya dipermasalahkan adalah bukan agama Yahudi atau bangsa Yahudi, tetapi Zionisme. Sebagaimana gerakan anti-Nazi tidak sepatutnya membenci keseluruhan masyarakat Jerman, maka seseorang yang menentang Zionisme tidak sepatutnya menyalahkan semua orang Yahudi.
ASAL MULA GAGASAN RASIS ZIONISME
Setelah orang-orang Yahudi terusir dari Yerusalem pada tahun 70 M, mereka mulai tersebar di berbagai belahan dunia. Selama masa ‘diaspora’ ini, yang berakhir hingga abad ke-19, mayoritas masyarakat Yahudi menganggap diri mereka sebagai sebuah kelompok masyarakat yang didasarkan atas kesamaan agama mereka. Sepanjang perjalanan waktu, sebagian besar orang Yahudi membaur dengan budaya setempat, di negara di mana mereka tinggal. Bahasa Hebrew hanya tertinggal sebagai bahasa suci yang digunakan dalam berdoa, sembahyang dan kitab-kitab agama mereka. Masyarakat Yahudi di Jerman mulai berbicara dalam bahasa Jerman, yang di Inggris berbicara dengan bahasa Inggris. Ketika sejumlah larangan dalam hal kemasyarakatan yang berlaku bagi kaum Yahudi di negara-negara Eropa dihapuskan di abad ke-19, melalui emansipasi, masyarakat Yahudi mulai berasimilasi dengan kelompok masyarakat di mana mereka tinggal. Mayoritas orang Yahudi menganggap diri mereka sebagai sebuah ‘kelompok agamis’ dan bukan sebagai sebuah ‘ras’ atau ‘bangsa’. Mereka menganggap diri mereka sebagai masyarakat atau orang ‘Jerman Yahudi’, ‘Inggris Yahudi, atau ‘Amerika Yahudi’.
Namun, sebagaimana kita pahami, rasisme bangkit di abad ke-19. Gagasan rasis, terutama akibat pengaruh teori evolusi Darwin, tumbuh sangat subur dan mendapatkan banyak pendukung di kalangan masyarakat Barat. Zionisme muncul akibat pengaruh kuat badai rasisme yang melanda sejumlah kalangan masyarakat Yahudi.
Kalangan Yahudi yang menyebarluaskan gagasan Zionisme adalah mereka yang memiliki keyakinan agama sangat lemah. Mereka melihat “Yahudi” sebagai nama sebuah ras, dan bukan sebagai sebuah kelompok masyarakat yang didasarkan atas suatu keyakinan agama. Mereka mengemukakan bahwa Yahudi adalah ras tersendiri yang terpisah dari bangsa-bangsa Eropa, sehingga mustahil bagi mereka untuk hidup bersama, dan oleh karenanya, mereka perlu mendirikan tanah air mereka sendiri. Orang-orang ini tidak mendasarkan diri pada pemikiran agama ketika memutuskan wilayah mana yang akan digunakan untuk mendirikan negara tersebut. Theodor Herzl, bapak pendiri Zionisme, pernah mengusulkan Uganda, dan rencananya ini dikenal dengan nama ‘Uganda Plan’. Kaum Zionis kemudian menjatuhkan pilihan mereka pada Palestina. Alasannya adalah Palestina dianggap sebagai ‘tanah air bersejarah bangsa Yahudi’, dan bukan karena nilai relijius wilayah tersebut bagi mereka.
Para pengikut Zionis berusaha keras untuk menjadikan orang-orang Yahudi lain mau menerima gagasan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama mereka ini. Organisasi Yahudi Dunia, yang didirikan untuk melakukan propaganda masal, melakukan kegiatannya di negara-negara di mana terdapat masyarakat Yahudi. Mereka mulai menyebarkan gagasan bahwa orang-orang Yahudi tidak dapat hidup secara damai dengan bangsa-bangsa lain dan bahwa mereka adalah suatu ‘ras’ tersendiri; dan dengan alasan ini mereka harus pindah dan bermukim di Palestina. Sejumlah besar masyarakat Yahudi saat itu mengabaikan seruan ini.
Dengan demikian, Zionisme telah memasuki ajang politik dunia sebagai sebuah ideologi rasis yang meyakini bahwa masyarakat Yahudi tidak seharusnya hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Di satu sisi, gagasan keliru ini memunculkan beragam masalah serius dan tekanan terhadap masyarakat Yahudi yang hidupnya tersebar di seluruh dunia. Di sisi lain, bagi masyarakat Muslim di Timur Tengah, hal ini memunculkan kebijakan penjajahan dan pencaplokan wilayah oleh Israel, pertumpahan darah, kematian, kemiskinan dan teror.
Banyak kalangan Yahudi saat ini yang mengecam ideologi Zionisme. Rabbi Hirsch, salah seorang tokoh agamawan Yahudi terkemuka, mengatakan:
‘Zionisme berkeinginan untuk mendefinisikan masyarakat Yahudi sebagai sebuah bangsa .... ini adalah sesuatu yang menyimpang (dari ajaran agama)’. (Washington Post, 3 Oktober 1978)
Seorang pemikir terkemuka, Roger Garaudy, menulis tentang masalah ini:
Musuh terbesar bagi agama Yahudi adalah cara berpikir nasionalis, rasis dan kolonialis dari Zionisme, yang lahir di tengah-tengah (kebangkitan) nasionalisme, rasisme dan kolonialisme Eropa abad ke-19. Cara berpikir ini, yang mengilhami semua kolonialisme Barat dan semua peperangannya melawan nasionalisme lain, adalah cara berpikir bunuh diri. Tidak ada masa depan atau keamanan bagi Israel dan tidak ada perdamaian di Timur Tengah kecuali jika Israel telah mengalami “de-Zionisasi” dan kembali pada agama Ibrahim, yang merupakan warisan spiritual, persaudaraan dan milik bersama dari tiga agama wahyu: Yahudi, Nasrani dan Islam. (Roger Garaudy, "Right to Reply: Reply to the Media Lynching of Abbe Pierre and Roger Garaudy", Samizdat, Juni 1996)
Dengan alasan ini, kita hendaknya membedakan Yahudi dengan Zionisme. Tidak setiap orang Yahudi di dunia ini adalah seorang Zionis. Kaum Zionis tulen adalah minoritas di dunia Yahudi. Selain itu, terdapat sejumlah besar orang Yahudi yang menentang tindakan kriminal Zionisme yang melanggar norma kemanusiaan. Mereka menginginkan Israel menarik diri secara serentak dari semua wilayah yang didudukinya, dan mengatakan bahwa Israel harus menjadi sebuah negara bebas di mana semua ras dan masyarakat dapat hidup bersama dan mendapatkan perlakuan yang sama, dan bukan sebagai ‘negara Yahudi’ rasis.
Kaum Muslimin telah bersikap benar dalam menentang Israel dan Zionisme. Tapi, mereka juga harus memahami dan ingat bahwa permasalahan utama bukanlah terletak pada orang Yahudi, tapi pada Zionisme.

Wednesday, July 20, 2011

Evi Novianti

By : Evi Novianti
Menjadi harapan keluarga sungguh berat
 Namun, ini yang harus ku jalani...
Semoga aku bisa mewujudkan apa yang orang tuaku inginkan
 dan cita-citaku yang sempat ku tunda...
Ya Alloh beri aku kekuatan...

Saturday, July 2, 2011

Ulfah Nurul Hikmah

By : Ulfah Nurul Hikmah
Kehendak Allah memang selalu tak terduga 
Tapi kita sebagai hamba_Nya haruslah berhusnudzon pada_Nya
Karena Dialah pencipta kita. 
Dan karena hanya Allah lah yang paling tahu akan kebutuhan kita
"Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan"
Mungkin hari ini kita kecewa 
tapi suatu sàat nanti kita akan bersyukur atas kekecewàn itu...

Friday, July 1, 2011

Muhammad Setiawan

By : Muhammad Setiawan
Saya menganggap orang yang bisa mengatasi keinginanya
Lebih berani dari pada orang yang bisa menaklukan musuh nya
Karena kemenangan yang paling sulit di raih
Adalah kemenangan atas dirinya sendiri..

Purnama Wirawan

By : Purnama Wirawan
Biarlah kau menanti
Saat ku tahu bahwa diri ini sedang di landa rindu 
Ku tahu kamu jauh tapi kamu tetap dekat 
Ku akan selalu merindukanmu kasih... 
Ku yakin dirimu dekat sedekat dekatnya.. 

Apabila kau ingin menyapaku
Aku akan lebih dahulu menyapamu
Apabila kau ingin melihatku
Aku kan cepat melirikmu dulu

Monday, February 21, 2011

Diriku & Dirimu


By : Agus Tian Jaelani (TEZE)
Masih teringat saat awal kita berjumpa
Di mataku kau amat sempurna 
Kau mungkin tak menyadari 
Bahkan tak kan pernah sadar kalau diriku sangat mengagumimu......

Kala itu bahkan hingga detik ini 
Perih hati ini saat tahu kau milik orang lain
Namun,,,
Ku masih menunggu dan terus menunggu 
Sampai akhirnya kau benar-benar hilang dari kehidupanku....

Namun,,,
Ku tetap bisa menjalani
Lika liku kehidupan manis pahit kehidupan 
Begitu pun dirimu 
Hingga sampai suatu saat kita dipertemukan kembali
Dan itulah saat yang ku rindu dan ku nanti 

Sahabatku,,, 
Yang selama ini ku rindukan 
Akhirnya kita dipertemukan kembali 
setelah sekian lama kita tak berjumpa 
Dan inilah sebuah keyakinan hatiku 
Bahwa kita kan selalu ada sampai kapan pun dihatiku
karena dirimu adalah diriku,,,


Sunday, February 6, 2011

Memory In Muhajirin


By : Wila Ariesta
Friend...
Dulu kita sering bersama 
Setiap hari, setiap saat kalian selalu ada buat aku
Kebahagian yang kalian berikan selama tiga tahun
Telah memberiku tentang arti sahabat yang sebenarnya 
Kalian semua sangat penting bagiku...

Al-Muhajirin...
Tempat dulu kita berpijak, bercengkrama dengan penuh suka dan duka
Telah memberikan memori yang indah buat kita semua
Tapi mungkin sekarang kita semua cuma bisa mengenang semuanya
Kita sudah punya kehidupan masing-masing

Untuk kedepannya.....
Ku doakan, semoga kita semua menjadi orang yang sukses...
Amin...

Saturday, February 5, 2011

Aku & Sahabat

Oleh : Dadan Lesmana
Kita pernah sebut satu sebuah kenangan masa lalu
Menghikangkan ingatan atau takan pernah berlalu
Memori cinta aku dan sahabat...
Satu alasan kenapa kalian aku rekam dalam memori satu cerita didalam hati?
Karena kalian begitu berharga dalam hidupku sahabat...
Satu pijakan untuk menggapai masa depan
You My Everytink sahabat...

Friday, February 4, 2011

Bersyukurlah Dengan Apa Yang Ada

 
oleh : Purnama Wirawan
Barangsiapa tidak pandai mensyukuri harta yang sedikit, ia tak akan mampu mensyukuri harta yang banyak. Barangsiapa tidak bisa memanfaatkan ilmu yang sedikit, ia akan lebih tidak mampu memanfaatkan ilmu yang banyak

(Imam Abdullah Al Haddad)

Seseorang yang pandai bersyukur dengan sedikitnya harta, di kemudian hari ia akan lebih “cerdas” bersyukur dengan limpahan harta yang banyak. Rezeqi yang diterima dengan senang hati dan lapang dada, bermuara pada kenikmatan yang tiada terkira. Meski rezeqi tersebut minim, namun karena diterima dengan suka-cita, bakal menjadi nikmat dan kebahagian.Sebaliknya, jika seseorang tiada mempunyai rasa syukur dan terima kasih atas karunia Allah kepada dirinya, samhttp://www.facebook.com/?page=1&sk=messages&tid=1528680423430#pai kapan pun dirinya tidak pernah merasa puas. Hawa nafsunya terasuki sifat tamak dan rakus. Walaupun gajinya sekian juta tiap bulannya, tapi sikap tamak pada dirinya itulah yang menjadikannya merasa bak orang melarat, miskin yang selalu mengemis. ( bahasa gaulnya hasrat ingin korupsi )

Tentu berbeda halnya dengan seseorang yang Syâkir (bersyukur) dan Qanû` (orang yang menerima apa-adanya), berapapun kuantitas rizqi yang diperoleh, selalu ia sikapi dengan menghargai serta memanfaatkan dengan sebaik-baikya. Orang yang bersyukur, dengan beberapa lembar uang ribuan, ia memberi nafkah keluarganya mulai : sandang, papan, pangan. Dengan rezeqi yang cukup itu, ia ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan-Nya. Dengan begitu, ia telah menjadi orang “kaya” seketika itu pula.

Itu sebabnya, Nabi Muhammad saw bersabda :

لَيْسَ الغِنىَ بِكَثْرَةِ العَرَضِ إِنَّمَا الغِنىَ غِنىَ النَّفْسِ

“Kekayaan itu tidak terletak pada banyaknya harta, tapi ada pada kekayaan hati.”

Dalam haditsnya lainnya, Nabi saw juga berkata: “Tamak adalah penyakit yang menyebar.” Pada prinsipnya, orang yang rakus, yang tidak memiliki rasa syukur, selalu berada dalam kemiskinan dan kekurangan. Kefakiran yang ia rasakan itu tidak perlu menunggu lenyapnya harta yang dimiliki. Cukup dengan ketamakan serta kerakusannya itulah yang akhirnya membawa dirinya dalam lembah kehinaan, kenistaan, dan kehilangan harga diri sebagai makhluk yang sempurna.

Renungkanlah ungkapan indah Nabi saw berikut ini :

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى الثَّالِثَ وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ رواه احمد

“Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah (terisi) dari emas, pasti ia mengingkinkan lembah ketiga; tidak ada yang mengisi perut anak Adam kecuali tanah, serta Allah meneriman taubatnya orang yang mau kembali kepada-Nya.”

Demikian peringatan Nabi Muhammad guna membuat diri kita memiliki sikap Qanâ`ah. Sikap Qanâ`ah-lah yang membuat hati kita kaya akan rasa syukur. Dengan Qana`ah , maqam kita akan jauh melesat menuju maqam ridha, ridha dengan rezeki yang Allah bagikan kepadanya. Dalam kaitan ini, perlu kita tahu bahwa segala sesuatu sudah ada ukuran dan porsinya, tak terkecuali dalam persoalan pembagian rezeqi. Setiap orang tak akan luput dari rezeqinya; tidak akan tertukar dengan lainnya. Karena itulah, qana`ah bisa menjadi tameng dari sikap rakus harta. Syarat utama seorang yang qanâ`ah rela dengan takdir Allah, rela dengan rezeki-Nya.

Habib Abdullah Al Haddad bersyair :

إِنَّ القَناَعَةَ كَنْزٌ لَيْسَ بِالفاَنِيْ * فَاغْنَمْ هُدِيْتَ أُخَيَّ عَيْشَهَا الهَانِيْ

وَعِشْ قَنُوْعاً بِلاَ حِرْصٍ وَلاَ طَمَعٍ * تَعِشْ حَمِيْدًا رَفِيْعَ القَدْرِ وَالشَّأْنِ

Sikap Qana`ah adalah lumbung yang tak pernah ada habisnya Hai saudaraku,
manfaatkan hidup di dunia dengan sikap Qana`ah,

niscaya kau terbimbing Hiduplah sebagai seorang yang bersahaja tanpa rasa tamak dan rakus
Pasti engaku akan hidup dalam keadaam mulia

Di sisi lain, harta adalah kotoran. Anda membeli roti dan memakannya selang beberapa jam akan menjadi kotoran. Baju yang Anda kenakan saat ini mungkin tampak begitu indah, tapi siapa menyangka bahwa sepuluh tahun baju itu telah menjadi barang usang dan gombal. Tubuh yang Anda rawat dengan baik, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun ketika Anda mati menjadi bangkai yang dinikmati oleh cacing-cacing kuburan. Dunia adalah kotoran, seperti dikatakan bahwa “Barangsiapa tujuan hidupnya untuk dunia maka nilai orang tersebut sama dengan kotoran yang keluar dari perutnya.”

Dikisahkan, suatu kali imam Ali dan sahabat-sahabatnya berjalan dan melihat tumpukan sampah di salah satu sudut jalan. Di situ imam Ali berhenti dan berkata, “Inilah sampah bekas barang yang kemarin dibangga-banggakan oleh orang-orang.”

Masih dalam kaitan ini, pernah Rasulullah melihat bangkai kambing diseret oleh penduduk setempat untuk dibuang. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabatnya,

“Bagaimana pendapatmu tentang kambing ini?”
“Iya, wahai Rasul, begitu hinanya kambing ini sampai dibuang begitu saja.”
“Allah lebih jijik dengan dunia ini yang kehinaannya melebihi kambing bangkai tersebut,” kata Rasul.

Orang yang melarat adalah orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Kala Anda menyantap tempe jangan berpikir makan sate tapi santaplah makanan sekelas tempe itu dengan memikirkan keadaan saudara-saudara Anda di kolong jembatan yang kadang kala tidak makan seharian penuh.

Qana`ah dan Ilmu

Penting pula untuk diketahui, bahwa sikap Qanâ`ah akan lahir bila kita membekali diri dengan ilmu. Ilmu yang manfaat adalah ilmu yang diamalkan. Ilmu dicari untuk diamalkan, sebagaimana pena yang dibeli digunakan untuk mencatat atau cangkul yang digunakan untuk menggarap sawah, seperti itulah ilmu, ia berfungsi sebagai alat untuk beramal kebajikan. Tidak perlu banyak ilmu yang terpenting bisa termafaatkan.

Kata Nabi saw : “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui, Allah akan berikan ilmu yang tidak ia ketahui.”

Misal ilmu yang bermanfaat, bahwa Anda tahu keutamaan shalat berjamaah, maka setiap waktu Anda melaksanakan shalat secara berjamaah. Anda tahu dosa berbohong, maka jangan sampai Anda berbohong. Indikasi ketidakmanfaatan ilmu adalah bahwa tindak-tanduk Anda bertentangan dan berlawanan dengan ilmu yang Anda pelajari. Anda tahu bahwa berbohong adalah dosa, tapi lisan Anda “basah” dengan dusta dan kebohongan.

Ilmu tidak sama dengan harta. Allah memberi kita ilmu guna dikerjakan, diajarkan, di situlah Allah akan memberi bonus. Namun berbeda halnya dengan harta. Anda punya uang lima ribu lalu anda sedekahkan dua ribu sisanya tiga ribu. Ilmu semakin bertambah jika disedekahkan sedang harta justru menyusut jika diinfakkan.

Seorang Alim yang tidak mengamalkan ilmunya justru menjadi perusak bak pengembala kambing ditugaskan untuk menjaga domba piaraan agar tidak tersesat atau terjatuh ke jurang. Tentunya beda dengan pengembala yang jahat, ia justru menjadi sumber kecelakaan bagi domba-domba itu sendiri seperti ilustrasi kata bijak

وَرَاعِي الشَّاةِ يَحْميِ الذِّئْبَ عَنْهَا ، فَكَيْفَ إِذاَ الرُّعاَةُ لَهَا ذِئاَبُ

“Seorang pengembala kambing (bertugas) menjaga kambing dari sergapan serigala namun bagaimana halnya bila ternyata pengembala itu sendiri adalah serigala? .”

Ulama yang hidup di masyarakat, tugasnya melindungi masyarakat dari kemunkaran dan kerusakan akhlaq. Ironisnya, tidak sedikit di antara para ulama yang akhlaqnya seperti Yahudi dan Nashrani. Dengan kata lain, mereka bercirikhaskan

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Al Baqarah 02:44)

الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri dan sesungguhnya sebagaian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (Qs. Al Baqarah 02: 146)
_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Ayat di atas menceritakan sikap orang-orang Yahudi dan ternyata banyak dari kalangan orang-orang berilmu yang bersikap demikian pula. Akibat dari sikapnya itu, kaum Yahudi dan kaum Nashrani bertengger dalam kehinaan dan keburukan. Sebab mereka mengingkari kebenaran setelah mereka mengetahui. Kebenaran yang diperoleh bukan diamalkan malah diingkari. Jadilah mereka kaum yang hina.Semoga bermanfaat,amin :)

Sejarah Perkembangan Al-Muhajirin


Bismillahirahminirrahim..
Setelah kegiatan belajar mengajar di TKA/TPA untuk pertama kalinya dibuka tanggal 3 Januari 1991 bertempat di rumah pribadi dengan jumlah siswa + 400 orang dan guru sebanyak 12 orang. Pada bulan April 1991 kami mengadakan musyawarah dengan H. Canondeng, H. Sukarna, SH, Drs. Wasmin Wiryana, Bambang Suntaryono, Hartadi, Drs. Amin Muksin, dan Deden Jaenudin di rumah jalan veteran 155 Purwakarta. Pada musyawarah tersebut dicetuskan gagasan untuk pendirian Pondok Pesantren dengan nama Pondok Pesantren Al-Muhajirin bahkan disodorkan nama “Modern” sebelum kata Al-Muhajirin, namun peserta rapat ada yang tidak menyetujui terutama H. Canondeng.
Adapun pemberian nama AL-MUHAJIRIN karena pembangunan Pondok Pesantren merupakan kelanjutan dari pembangunan masjid jami’ yang bertempat di komplek Perumahan Oesman Singawinata yang diberi nama AL-MUHAJIRIN. Dalam pembnagunan masjid itu kami sebagai ketua panitia merangkap ketua RW. 11 Kelurahan Nagrikaler pada waktu itu.
Dalam pertemuan tersebut dibicarakan rencana pembelian sebidang tanah milik Bapak Sahri seluas 3100 m2, dan dibentuklah panitia penerimaan wakaf yang diketuai oleh Bambang Suntaryono dengan sekretaris Deden Zaenudin dan bendahara Hartadi, bersama-sama dengan saya sendiri atas nama Pengurus Yayasan Al-Wathon. Sambil pencarian dana yang dilakukan oleh panitia penerimaan wakaf, berjalan pada pembangunan gedung TKA/TPA berlantai dua oleh ketua FOSITA Bapak Afif Anwari.
Pada bulan Mei 1991 kami membuat brosur tentang penerimaan santri baru sekaligus anak yatim dan anak yang tidak mampu, maka terdaftarlah santri sebanyak 18 orang yang berasal dari Purwakarta, Sumedang, Karawang dan Subang. Namun karena para pendaftar kebanyakan anak-anak yang tergolong kurang mampu dibidang ekonomi, untuk keperluan makan sebagian ditanggung oleh para donatur. Sehingga sering kali santri yang menempati rumah di jalan veteran 163 tersebut disuruh untuk puasa karena tidak ada beras.
Pada bulan Juli 1992 kami mendirikan Madrasah Tsanawiyah serta pembangunan Pondok Pesantren Al-Muhajirin di jalan veteran Gang Kenanga II Kebon Kolot Purwakarta oleh panitia pembangunan yang dipimpin Bapak Afif Anwari berserta teman-teman. Santri pada saat itu bertambah menjadi 52 orang dimana sampai bulan Februari 1993 yang mengajar kitab masih dipegang sendiri oleh kami dari mulai ashar, maghrib dan subuh.
Pada tanggal 7 Februari 1993 yang bertepatan dengan 15 Sya’ban 1413 H diresmikan bangunan Pondok Pesantren Al-Muhajirin yang baru oleh Bupati Purwakarta H. Soedarna T.M, SH. Dan pindahlah seluruh santri dari jalan veteran 163 ke Gang Kenanga II. Saya ditemani oleh Drs. Sofyan Sulaeman dan guru kitab salaf alumni Pesantren Miftahul Huda Manonjaya yang bernama Ust. Ade Rosyidin. Waktu peresmian Pondok Pesantren Al-Muhajirin diresmikan pula oleh KH. Khoer Affandi (Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya) pada saat memberikan ceramah dan KH. AF Gojali dari Bandung pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama diadakan. Karena beliau pada tahun 1990 ikut pula memberikan saran dan nasehat ketika Pondok Pesantren Al-Muhajirin akan dirintis.
Pada bulan Juli 1994 santri bertambah menjadi 82 orang dengan santri yang sekolah di Madrasah Aliyah Salafiyah Gg. Beringin, kemudian dirubah menjadi Madrasah Aliyah Al-Muhajirin Kebon Kolot Purwakarta. Sehubungan Ust. Ade Rosyidin pindah ke Bendul Sukatani pada tahun 1994, Kami meminta guru kitab salaf ke Pimpinan Pondok Pesantren Mifathul Huda Manonjaya dan dikirim Ust. Ade Mumuh.
Dari mulai awal tahun 1993 sampai dengan 1995 kami belum menginap di Pesantren, sehingga setiap malam setelah santri tidur yaitu pukul 22.00 kami pulang ke rumah yang berlokasi di Jalan Veteran 155 dan pukul 04.00 sudah kembali ke Pesantren untuk membangunkan santri yang pada saat itu lokasi pesantren masih berbentuk kebun yang penuh dengan ilalang, pohon bambu dan pohon rambutan. Dari tahun 1995 kami merasa lega karena istri saya telah pindah ke kampus pesantren dan ikut bersama-sama mengasuh para santri.
Dan kini yang patut disyukuri Pondok Pesantren Al-Muhajirin dapat berkembang walaupun banyak tantangan, sampai dengan sekarang telah memiliki 2000 orang santri dari mulai Play Group, TKA, TPA/MDA, SD Plus, MTs, SMP, MA, SMA dan STAI dengan guru dan pegawai mencapai 200 orang dan santri yang mondok 800 orang. Termasuk anak yatim dan yang tidak mampu, kami dengan senang hati terhadap santri tersebut diasuh, dibina dn dididik, semoga Allah SWT mengabulkan do’a dan harapan kami dan keluarga para santri. Amin.